Selasa, 20 Desember 2011

materi film pendek


Sekilas Tentang Film Pendek

By Edi Cahyono - Posted on 17 October 2009
Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indepeden. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak sedikit juga pembuat film yang hanya menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan menuju film cerita panjang.
Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen.
Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi –dari sudut pandang pemirsa- karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.
Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) . Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema.
Bahan dari:
- http://videotek.konfiden.or.id/pages/vtek_makalah.php

Sejarah Film Pendek

By Edi Cahyono - Posted on 17 October 2009
Dalam sejarah film dunia, istilah ‘film pendek’ mulai populer sejak dekade 50-an. Alur perkembangan terbesar film pendek memang dimulai dari Jerman dan Perancis; para penggagas Manifesto Oberhausen di Jerman dan kelompok Jean Mitry di Perancis. Di kota Oberhausen sendiri, kemudian muncul Oberhausen Kurzfilmtage yang saat ini merupakan festival film pendek tertua di dunia; sementara saingannya adalah Festival du Court Metrage de Clermont-Ferrand yang diadakan tiap tahun di Paris. Sejak gerakan-gerakan ini muncul, film pendek telah mendapatkan tempatnya di pemirsa film Eropa. Festival-festival film pendek menjadi ajang eksibisi utama yang selalu sarat pengunjung, apalagi kemudian didukung dengan banyak munculnya cinema house bervolume kecil untuk dapat menonton karya-karya film pendek di hampir setiap sudut kota di Eropa.
Di Indonesia, dimana film pendek sampai saat ini selalu menjadi pihak marjinal –sekali lagi, dari sudut pandang pemirsa- film pendek memiliki sejarahnya sendiri yang sering terlupakan. Film pendek Indonesia secara praktis mulai muncul di kalangan pembuat film Indonesia sejak munculnya pendidikan sinematografi di IKJ. Perhatian para film-enthusiasts pada era 70-an dapat dikatakan cukup baik dalam membangun atmosfer positif bagi perkembangan film pendek di Jakarta. Bahkan, Dewan Kesenian Jakarta mengadakan Festival Film Mini setiap tahunnya mulai 1974, dimana format film yang diterima oleh festival tersebut hanyalah seluloid 8mm. Akan tetapi sangat disayangkan kemudian Festival Film Mini ini berhenti pada tahun 1981 karena kekurangan Dana.
Pada 1975, muncul Kelompok Sinema delapan yang dimotori Johan Teranggi dan Norman Benny. Kelompok ini secara simultan terus mengkampanyekan pada masyarakat bahwa seluloid 8mm dapat digunakan sebagai media ekspresi kesenian .
Hubungan internasional mulai terbangun, diantaranya dengan para filmmaker Eropa terutama dengan Festival Film Pendek Oberhausen, ketika untuk pertama kali-nya film pendek Indonesia berbicara di muka dunia di tahun 1984. Keadaan ini memancing munculnya Forum Film Pendek di Jakarta, yang berisikan para seniman, praktisi film, mahasiswa dan penikmat film dari berbagai kampus untuk secara intensif membangun networking yang baik di kalangan pemerhati film.
Akan tetapi, Forum Film Pendek hanya bertahan dua tahun saja.
Secara garis besar, keadaan film pendek di Indonesia memang dapat dikatakan ironis. Film pendek Indonesia hampir tidak pernah tersampaikan ke pemirsa lokal-nya secara luas karena miskinnya ajang-ajang eksibisi dalam negri. Akan tetapi di sisi lain, di dunia internasional, film pendek Indonesia cukup mampu berbicara dan eksis. Dari sejak karya-karya Slamet Rahardjo, Gotot Prakosa, Nan T. Achnas, Garin Nugroho, sampai ke generasi Riri Riza dan Nanang Istiabudi.
Bahan dari:
- http://videotek.konfiden.or.id/pages/vtek_makalah.php

Kenapa Membuat Film Pendek?

By Edi Cahyono - Posted on 17 October 2009
Membuat film, baik itu film pendek maupun film panjang adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan cinta dan dedikasi, kegilaan dan petualangan. Kenapa membuat film pendek? Membuat film pendek bisa jadi untuk:
  1. Pengalaman – Sebuah pengalaman dengan mengumpulkan sebuah team untuk membuat cerita dalam film.
  2. Showreel – mengejar karir dalam pembuatan film dan juga untuk menunjukkan keahlian membuat film. Membuat film pendek agar mendapatkan funding untuk membuat film panjang.
  3. Partnership – terjun langsung ke dalam sebuah organisasi untuk berkolaborasi dalam sebuah projeck. Bisa juga untuk menarik seseorang (produser, sutradara, penulis ternama) untuk menolong meningkatkan profil pembuatan film atau untuk meningkatkan profil perusahaan.
  4. Mewujudkan ide – berusaha mewujudkan ide menjadi sebuah film atau mewujudkan ide untuk sebuah film panjang dengan membuat film dalam skala pendek. Bisa juga eksplorasi teknik pembuatan film. Mewujudkan sebuah ide yang hanya bisa dilakukan untuk film pendek.
  5. Uang – mencoba membuat film dengan budget untuk membayar kru film. Biasanya jarang terjadi dalam pembuatan film pendek. Mendapatkan uang dari film pendek sangat jarang terjadi tetapi bukan tidak mungkin. Di Indonesia, film pendek belum menjadi sebuah industri.
Bahan dari:
- http://www.bbc.co.uk/dna/filmnetwork/filmmakersguide

Dimana Film akan Diputar?

By Edi Cahyono - Posted on 17 October 2009
Alasan untuk membuat film harus diikuti kemana film itu akan diputar. Membuat film pendek bisa diputar di:
  1. Rumah – Banyak filmmaker mencoba mempertontonkan/test filmnya untuk dilihat keluarga maupun teman.
  2. Rumah budaya/komunitas – Film pendek biasa diputar di kantung-kantung budaya maupun komunitas-komunitas yang tersebar di Indonesia.
  3. Kampus/Sekolah – Kebanyakan diputar di kampus bersama kine klub-kine klub atau di kegiatan ekstra kurikuler film.
  4. Internet – banyak film pendek muncul di Internet dan mendapatkan feedback dari kalangan yang lebih luas dan beragam secara international.
  5. Televisi – Jika film pendek secara kualitas bagus, channel televisi akan memutarnya. Biasanya di gabung dengan film pendek yang lain.
  6. Bioskop – sangat sulit tapi bukan tidak mungkin sebuah film pendek diputar dibioskop. Biasanya terjadi di luar negeri karena mereka mempunyai bioskop yang memutar film-film pendek.
  7. Festival – Kesempatan paling besar adalah pemutaran di sebuah festival. Bisa ditonton oleh kalangan industri dan para filmmaker yang lain. Dan jika itu merupakan ajang kompetisi akan menyenangkan jika memenangkan sebuah penghargaan.
Kenapa membuat film pendek, dan kemana film akan diputar tergantung dari ide gagasan, mewujudkan menjadi film, equipment yang digunakan, teknik, budget, jumlah kru, dan pasar yang potensial.
Bahan dari:
- http://www.bbc.co.uk/dna/filmnetwork/filmmakersguide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar